BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu filsafat merupakan pondasi dari segala macam
ilmu, hampir semua macam ilmu menggunakan filsafat sebagai dasarnya, namun dalam
konteks filsafatnya berbeda-beda tergantung jenis ilmu yang digunakan.[1]
Dalam ilmu hukum, filsafat yang digunakan adalah
filsafat yang membahas tentang hukum. Filsafat pada dasarnya adalah ilmu
berfikir, berfikir untuk menentukan benar atau salah, atau berfikir untuk
membuktikan suatu teori yang didapat dari pengalaman dan melakukan pengujian dengan
cara empiris sehingga dapat hasilnya yaitu benar atau salah. Seperti contoh ada
yang mengatakan api itu panas, kemudian teori itu dibuktikan secara empiris
yaitu dengan menyentuh api atau menggunakan alat pengukur panas. Apabila hasil
dari percobaan ini mengatakan bahwa api mengandung panas maka teori di atas
bisa dibenarkan.
Proses mengumpulkan teori dari berbagai buah fikir
bisa disebut sebagai abstraksi, sedangkan proses menentukan benar dan salah
disebut verifikasi dan falsifikasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Abstraksi?
2.
Apa yang dimaksud dengan Verifikasi?
3.
Apa yang dimaksud dengan Falsifikasi?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui pengertian Abstraksi
2.
Mengetahui pengertian Verifikasi
3.
Mengetahui pengertian Falsifikasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Abstraksi
Abstraksi
menggunakan akar kata abstrak yang artinya adalah tidak berwujud, tidak
berbentuk atau sesuatu yang universal. Kemudian ditambah “si” yang berarti
metode untuk mendapatkan kepastian hukum[2].
Dalam bahasa Inggris disebut abitraction. Kata ini berasal dari bahasa Latin
abstractio. Abstractio
dapat disejajarkan dengan kata Yunani abstrahere. Kata abstrahere terbentuk dari dua
kata ab, yang berarti "dari" dan trahere berarti "menarik".
Abstrak secara harfiah berarti ."terlepas dari", "ditarik
dari".
Secara harfiah abstraksi berarti memisahkan suatu
bagian dari suatu keseluruhan.
Misalnya saja “manusia” adalah sosok abstrak kemudian bagian dari manusia itu
terdiri dari laki-laki dan perempuan. Maka dapat dipastikan hukumnya bahwa
laki-laki itu adalah manusia dan perempuan itu manusia. Contoh lain seperti
pendidikan agama islam (PAI) terdiri dari beberapa bagian yaitu; ilmu fiqh,
ilmu Quran hadis, akhlak, bahasa arab, sejarah kebudayaan islam. Maka hukumnya
adalah orang yang belajar ilmu fiqh sama dengan belajar ilmu pendidikan islam.
Secara umum, Abstraksi merupakan sebuah proses
yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses
ini berangkat dari pengetahuan mengenai obyek individual yang bersifat spasiotemporal
(ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari obyek dan membentuk
konsep universal.
Pada
pengertian khusus, abstraksi adalah Sesuatu yang dilihat tidak mengacu kepada obyek atau peristiwa khusus.
Abstraksi menyajikan secara simbolis atau secara konseptual serta secara
imajinatif sesuatu yang tidak dialami secara langsung atau konkret. Hasil
akhir dari proses abstraksi. Dengan proses itu kualitas, atau relasi atau ciri
dari suatu keseluruhan dipisahkan sebagai ide dari keseluruhan itu.
Dalam logika tradisional: proses menghasilkan konsep universal dari
obyek partikular. Misalnya konsep "manusia" diangkat dari pria dan
wanita yang merupakan obyek partikular. Aspek atau bentuk kognisi yang
secara mental menyendirikan ciri-ciri obyek itu dari yang lain. Baik proses
maupun hasil dari penyendirian tersebut disebut abstraksi.
B.
Abstraksi dalam
filsafat
Dalam filsatat Aristotelian dan Skolastik abstraksi adalah proses yang
memungkinkan ide-ide universal dijadikan milik pikiran. Pikiran menerima sebuah
data inderawi atau fantasma dan menarik keluar bentuknya (forma) yang dengan
demikian, menyediakan sesuatu yang universal bagi penggunaan intelektual.
Aristoteles mengolah pengertian abstraksi dalam filsafat, kemudian pengertian
itu diolah lagi oleh Boethius menjadi tiga macam abstraksi yang diterima oleh
para pemikir Abad Pertengahan. Tiga abstraksi itu ialah a) abstraksi fisik,
yakni melepaskan ciri individual, tetapi bukan dari kemungkinan dapat
diinderai; b) abstraksi matematik, yakni abstraksi yang melepaskan sifat dapat
diinderai dari obyek, tetapi tidak melepaskan segi kerentangan (ekstensi yang
dapat diukur); c) abstraksi metafisik, yakni abstraksi yang melepaskan semuanya
termasuk unsur kerentangan untuk sampai kepada yang-ada sebagai yang-ada.
Bagi Locke, seorang empiris, abstraksi terjadi dengan menarik keluar apa
yang umum bagi sekelompok hal individual, atas dasar perbandingan antara
kesamaan dan perbedaan. Dalam logika dan matematika kontemporer, abstraksi
merupakan nama untuk operasi variabel yang menghasilkan sebuah fungsi.
C.
Jenis
abstraksi
1. Abstraksi
total
Ini merupakan abstraksi yang universal dari yang partikular. Misalnya,
abstraksi konsep universal "manusia" dari manusia khusus. Disebut
total karena hasilnya selalu merupakan suatu keseluruhan, yakni suatu gabungan
atau campuran yang terjadi karena suatu subyek dan suatu "bentuk".
Misalnya seluruh mahasiswa STAI jurusan
Syari’ah memiliki kualitas dan kapabilitas dalam ilmu pendidikan hukum islam.
Secara logika, mahasiswa jurusan syariah mampu memahami hukum islam dapat
dibenarkan karena mereka mempelajari tentang pendidikan hukum islam, namun jika
dibuktikan secara empiris yaitu di uji masing-masing mahasiswa dengan
permasalahan dalam hukum islam, tentu tidak semua bisa mengetahui dan mampu
menjawab. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa syariah paham dengan
hukum islam dapat dibenarkan secara logika namun belum tentu benar secara
empiris. Cara menentukan hukum benar atau salah dengan cara memisah partikular
secara logika dan empiris.
2. Abstraksi
formal
Abstraksi formal. Ini merupakan abstraksi "bentuk" dari
subyek. Misalnya, abstraksi "kemanusiaan" dari manusia-manusia
konkret atau gerak dari benda-benda yang bergerak.
Contoh lain seperti “kesiswaan” yang terdiri dari siswa-siswi, dan “kemahasiswaan”
yang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi.
D.
Pengertian Verifikasi
Verifikasi
adalah teori filsafat logis yang mengatakan bahwa
sumber
pengetahuan itu berasal dari pengalaman yang kemudian diuji dengan metode verifikasi yang
dibuktikan kebenarannya secara empiris. Apabila pernyataan tersebut dapat
diverifikasi maka pernyataan tersebut bermakna (ilmiah), dan apabila pernyataan
itu tidak dapat diverifikasi maka pernyataan itu tidak bermakna (non ilmiah) seperti
estetika[3],
etika[4],
agama, metafisika[5].
Tujuannya untuk menemukan teori-teori, generalisasi dan hukum.
Adapun
prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian untuk melengkapi suatu kriteria,
sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat
mengandung makna atau tidak. Melalui prinsip ini tidak hanya kalimat yang
teruji secara empirik saja yang dapat di analisis Prinsip verifikasi ini menyatakan bahwa suatu
proporsi adalah bermakna jika ia dapat diuji dengan pengalaman dan dapat diverifikasi
dengan pengamatan. Perlu diingat bahwa, menurut positivisme logis hanya
pengamatan indrawi itulah yang relevan, pengalaman adalah satu-satunya sumber
dasar pengetahuan dan dalam analisa logis dapat dilakukan dengan bantuan
simbol-simbol logika dengan menggunakan metode untuk pemecahkan masalah melalui
metode verifikasi yaitu bila terdapat sesuatu yang tidak dapat diverifikasi
secara empirik maka hasilnya adalah sia-sia. Verifikasi data dimaksudkan untuk
mengumpulkan, mengola, dan menganaslisis data untuk menguji hipotesis. Apabila
hipotesis telah diuji melalui fakta-fata empiris maka jawaban mencapai tingkat
definitif, dan kebenaran ilmiahnya dapat dipertanggung jawabkan manakala telah
melalui prosedur yang benar.
Dalam
kerangka pemikiran semacam itu, filsafat ilmu pengetahuan mereka pandang
semata-mata sebagi logika ilmu (The Logic of Science),yang ada dalam konteks
logika ilmu hanyalah pengujian dan pembenaran (contexs of justification) ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Mereka tidak peduli bagaimana ilmu pengetahuan
tertentu itu muncul dan berkembang. Mereka hanya merasa berkepentingan dengan
pengujian susunan logis pernyataan-pernyataan ilmiah yang digunakan. Akibatnya,
filsafat ilmu, dalam hal ini yang dimaksud logika ilmu-kian jauh dari kenyataan
ilmu pengetahuan yang terjadi sebenarnya, karena terlalu sibuk dengan apa yang
seharusnya terjadi dalam ilmu pengetahuan.
E. Implikasi
Prinsip Verifikasi Bagi Filsafat
Metafisika Ayer dan juga kaum Positivisme[6]
Logik pada umumnya secara tegas menolak metafisika. Alasan-alasan yang
dikemukakanya itu sekaligus menampakkan konsekuensi-konsekuensi tugas filsafat
menurut kacamata Positifme Logik. Di sini kita dapat melihat kelihaian Ayer
dalam menggabungkan pandangan yang bertitik tolak dari penggunaan bahasa sehari-hari,
dengan pandangan Atomisme Logik yang di dasarkan pada kerangka bahasa logika.
Kendatipun tampak kecenderungan yang lebih kuat dalam pemikiran Ayer itu untuk
menerapkan teknik-teknik analisis bahasa dari Atomisme Logik, namun analisis
bahasa sehari-hari seperti dalam pandangan Moore digunakan dengan maksud untuk
mencegah sejumlah pandangan metafisik.
Fungsi filsafat dalam pandangan Ayer itu bersifat kritik. Kritik-kritik
yang dilancarkan oleh filsafat itu memang berguna untuk mengantar kita kearah
pintu gerbang ilmiah, namun itu bukan berarti filsafat merupakan suatu jenis
“Super Sciences” (ilmu pengetahuan tertinggi). Sebab tugas filsafat bukanlah
menetapkan praandaian-praandaian bagi ilmu pengetahuan. Filsafat tidak
mengandung tugas positif seperti yang di miliki ilmu-ilmu pengetahuan empirik.
F.
Pengertian Falsifikasi
Baik secara morfologis maupun semantik, perlu diuraikan bagaimana kata
falsifikasi. Falsifikasi secara otomatis terkandung pada falsibilitas. Kata
falsify itu sendiri adalah kata kerja jadian yang terbentuk dari kata sifat
false yang berarti salah dan ditambahkan kepadanya akhiran ify yang berarti
menyebabkan 'menjadi'. Adapun falsification adalah bentuk kata benda dari kata
kerja falsify. Dengan demikian jelaslah bahwa kata sifat false diubah menjadi
kata kerja dengan menambahkan akhiran ify sehingga menjadi falsify dan
dibendakan dengan menambahkan akhiran action sehingga ia berubah menjadi
falsification yang diIndonesiakan menjadi falsifikasi yang berarti 'hal
pembuktian salah'.
Falsifikasi adalah suatu paham atau pemikiran yang berpendapat bahwa
setiap teori yang dikemukakan manusia tidak akan seluruhnya sesuai dengan hasil
observasi atau percobaan. Dengan kata lain menurut pandangan falsifikasionisme,
ilmu dipandang sebagai satu set hipotesa yang bersifat tentatif untuk
menggambarkan atau menghitung tingkah laku suatu aspek dunia atau universe.
Jadi bagi mereka tidak ada suatu ilmu yang dibuat manusia bisa seratus persen
sama apabila dikonfrontasi dengan hasil pengamatan dari kenyataan yang ada.
Dalam hal ini, akan dikemukakan bagaimana seorang memperoleh pengetahuan
dan selanjutnya pengetahauan tersebut dapat diputuskan ilmiah atau tidak
ilmiah, atau bagian dari true science
atau bagian dari pseudoscinces. Menurut Popper, manusia dalam memperoleh
pengetahuan berdasarkan rasio yang ia miliki. Pandangan ini sesuai dengan
pandangan kaum rasionalis yang mengakui bahwa ada prinsip-prinsip dasar dunia
tertentu yang diakui benar oleh manusia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber
dalam budi manusia dan tidak dijabarkan pengalaman, bahkan apa yang dialami
dalam pengalaman emprisis bergantung pada prinsip-prinsip ini.
Contoh
sederhana dari falsifikasi adalah seluruh mahasiswa STAI Darussalam jurusan
Tarbiyah mampu menjadi guru. Teori atau pendapat ini bisa benar dan bisa juga
salah, cara mengetahuinya adalah dengan menguji para mahasiswa untuk menjadi
guru, misalnya dengan latihan membuat RPP, silabus, model pembelajaran, dll.
Jika mereka mampu menyelesaikan latihan dengan baik maka pendapat di atas bisa
dibenarkan, atau sebaliknya jika mereka tidak mampu menyelesaikan latihan maka
teori atau pendapat di atas tidak bisa dibenarkan. Inilah yang disebut dengan
falsifikasi yaitu antara teori dan kenyataan tidak sama.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Abstraksi adalah sesuatu
yang tidak berwujud
2.
Abstraksi dalam hukum
adalah untuk mendapatkan kepastian hukum
3.
Abstraksi dalam filsafat
adalah ide-ide yang lahir di alam fikiran kemudian direalisasikan ke alam nyata
4.
Abstraksi menurut logika
adalah operasi variabel yang menghasilkan fungsi
5.
Verifikasi adalah proses
pembenaran teori melalui uji coba
6.
Verifikasi lahir atas dasar
bahwa ilmu pengetahuan harus masuk akal tidak mengada-ngada.
7.
Falsifikasi berpaham bahwa
teori tidak selalu benar dengan kenyataan
8.
Ekspektasi tidak sesuai
dengn realita termasuk dari falsifikasi
DAFTAR
PUSTAKA
C. Verhaak dan R. Hariyono Imam, filsafat Ilmu
Pengetahuan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1989)
K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer;
Inggris-Jerman, (Jakarta: Gramedia, 2002) Karl Popper, Conjectures and
Refutations; The Growth of Scientific Knowledge (London: Routledge and Kegan
Paul, 1969)
[1]Seperti; filsafat hukum,
filsafat ilmu, filsafat umum, filsafat pendidikan, filsafat tasawwuf, filsafat
metafisika, filsafat estetika, filsafat retorika, filsafat mistik, filsafat
modern, dll.
[2]www.kbbi.co.id/abstraksi
[3] Estetika adalah keindahan
atau kecantikan, penilaian kecantikan adalah relatif sehingga tidak bisa
menggunakan verifikasi dalam memutuskan sesuatu itu cantik atau tidak cantik.
[4]Etika bisa juga disebut
dengan sopan santun atau akhlak, penilaiannya juga relatif, boleh jadi sesuatu
yang dinilai beretika mungkin tidak beretika bagi yang lain. Seperti contoh
pakaian adat papua jika dipakai di daerah asalnya dinilai beretika karena hal
itu wajar disana. Namum, jika pakaian adat papua dipakai di kalimantan bisa
dinilai tidak beretika karena tidak wajar dipakai di kalimantan.
[5]Metafisika adalah sesuatu
yang tidak bisa di tangkap dengan indera, seperti keberadaan makhluk gaib,
adanya makhluk gaib bisa dirasakan namun tidak bisa dibuktikan dengan verifikasi,
namun dalam beberapa kasus dapat dibuktikan dengan empiris.
[6]Adalah
tokoh filusuf diabad pertengahan yang hanya mengandalkan logika sebagai
pembuktian ilmu pengetahuan.


