BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
belakang
Berdirinya
Bani Abbasiyah dikarenakan pada masa pemerintahan Bani Umaiyyah pada
masa pemerintahan khalifah Hisyam Ibn Abdi Al-Malik muncul kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal
dari kalangan Bani Hasyim yang dipelopori keturunan Al-Abbas Ibn Abd
Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum
mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah,
akhirnya pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah Umayyah dengan
terbunuhnya khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad dan pada tahun itu
berdirilah kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah
Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini keturunan Al-Abbas
paman Nabi Muhammad SAW, dinasti abbasiyah didirikan oleh Abdullah ibn
al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun
132 H sampai dengan 656 H. selama berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
berdirinya bani abbasiyah?
2.
Seperti
apa masa pemerintahannya?
3.
Apa
penyebab kemundurannya?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Mampu
mengetahui dan menjelaskan Bagaimana berdirinya bani abbasiyah
2.
Mampu
mengetahui dan menjelaskan Seperti apa masa pemerintahannya
3.
Mampu
mengetahui dan menjelaskan Apa penyebab kemundurannya
BAB II
Pembahasan
A.
Berdirinya
dinasti abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Dinasti Umayyah. Nama dinasti Abbasiyah
diambil dari salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Al-Abbas
Ibn Abd Al-Muthalib Ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak daripada
Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, karena mereka adalah cabang dari Bani
Hasyim yang secara nasab keturunan yang lebih dekat dengan Nabi. Menurut
mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khalifah melalui tragedi perang
Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah mereka mengadakan
pemberontakan terhadap Dinasti Umayyah.
Kekuasaan
Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang , yaitu
dari tahun 132 H/750 M sampai 656 H/1258 M.[1]
Faktor-faktor
berdirinya Dinasti Bani Abbasiyah dan Penyebab Suksesnya adalah:[2]
1. Banyaknya
terjadi perselisihan antara pembesar bani Umayyah pada masa terakhir masa
pemerintahannya, penyebabnya ialah memperebutkan kursi kekhalifahan dan harta.
2. Singkatnya
masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan Bani Umayyah.
3. Dijadikannya
putra mahkota lebih dari satu orang.
4. Bergabungnya
sebagian keluarga Umawi kepada mazhab-mazhab agama yang tidak benar menurut
syariat.
5. Pudarnya
kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan Bani Umayyah.
6. Banyaknya pembesar-pembesar
Bani Umayyah yang sombong pada akhir pemerintahannya.
7. Timbulnya
dukungan dari al-Mawali
Pada masa
Dinasti Abasiyah berkali-kali terjadi perubahan corak kebudayaan Islam sesuai
dengan terjadinya perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial:
1. Masa
Abasiyah I; semenjak lahirnya Dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai
meninggalnya khalifah Al-Wasiq tahun 232 H/847 M.
2. Masa
Abasiyah II; tahun 232 -334 H/847-946 M, mulai khalifah Al-Mutawakkil sampai
berdirinya dinasti Buwaihi di Baghdad.
3. Masa
Abasiyah III; tahun 334-447 H/946-1055 M dari berdirinya Banni Buwaihi sampai
masuknya kaum Saljuk ke Baghdad.
4. Masa
Abasiyah IV; tahun 447-656 H/1055-1258 M dari masuknya orang-orang Saljuk ke
Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar di baeah pimpinan
Hulagu.[3]
B.
Pergantian khalifah pada masa
dinasti abbasiyah[4]
1. Masa Dinasti
Abbasiyah Periode I (132 -232 H/750-847 M)
a. Khalifah I:
Abu al-Abbas al-Saffah (132-136 H)
b. Khalifah II:
Abu Ja’far al-Mansur (136-148 H)
c. Khalifah
III: Al-Mahdi (158-169 H)
d. Khalifah IV:
Al-Hadi (169-170 H)
e. Khalifah V:
Harun al-Rasyid (170-193 H)
f. Khalifah VI:
Al-Amin (191-198 H)
g. Khalifah
VII: Al-Ma’mun (198-218 H)
h. Khalifah
VIII: Al-Mu’tashim (218-227 H)
i.
Khalifah IX: Al-Watsiq (227-232 H)
2. Masa Dinasti
Abbasiyah Periode II (232-334 H/847-946 M)
a. Khalifah I:
Al-Mutawakkil ‘Ala Allah (232-247 H)
b. Khalifah II:Al-MuntashirBillah
Muhammad Abu Ja’far(247-248H)
c. Khalifah
III:Al-Musta’in Billah, Abu al-Abbas (248-251 H)
d. Khalifah IV:
Al-Mu’taz Billah, Muhammad (252-255 H)
e. Khalifah V:
Al-Muhtadi Billah (255-256 H)
f. Khalifah VI:
Al-Mu’tamid Billah (256-279 H)
g. Khalifah
VII: Al-Mu’tadhid Billah, Ahmad (279-289 H)
h. Khalifah
VIII: Al-Muktafi Billah, Abu Muhammad (289-295 H)
i.
Khalifah IX: Al-Muqtadir Billah, Abu
Al-Fadhal (295-320 H)
j.
Khalifah X: Al-Qahir Billah, Abu
Manshur (320-322 H)
k. Khalifah XI:
Al-Radhi Billah, Abu Al-Abbas (322-329 H)
l.
Khalifah XII: Al-Muttaqi Lillah, Abu
Ishaq (329-333 H)
m. Khalifah
XIII: Al-Mustakfi Billah, Abu al-Qasim (333-334 H)
3. Masa
Dinansti Abbasiyah Periode III (334-467 H/946-1075 M)
a. Khalifah I:
Al-Muthi’ Lillah, Abu al-Qasim (334-363 H)
b. Khalifah II:
Al-Thai’ Lillah, Abu Bakar (363-381 H)
c. Khalifah
III: Al-Qadir Billah, Abu al-Abbas (381-422 H)
d. Khalifah IV:
Al-Qaim Biamrillah Abu Ja’far (422-467 H)
4. Masa
Dinansti Abbasiyah Periode IV (467-656 H/1075-1261 M)
a. Khalifah I:
Muqtadi Biamrillah (467-487 H)
b. Khalifah
II:Al-Mustazhir Abu al-Abbas (487-512 H)
c. Khalifah
III: Al-Mustarsyid Billah (512-529 H)
d. Khalifah IV:
Al-Rasyid Billah (529-530 H)
e. Khalifah V:
Al-Muqtafi Liamrillah (530-547 H)
f. Khalifah VI:
Al-Mustanjid Billah (547-566 H)
g. Khalifah
VII: Al-Mustadhi’ Biamrillah (566-575 H)
h. Khalifah
VIII: Al-Nashir Lidinillah (575-622 H)
i.
Khalifah IX: Al-Zhahir Biamrillah
(622-623 H)
j.
Khalifah X: Al-Mustanshir Billah,
Abu Ja’far (623-640 H)
C.
Bentuk
pemerintahan dan peradaban pada masa dinasti abbasiyah
1.
Sistem Politik
Adapun sistem politik yang dijalankan pada masa
Dinasti Abbasiyah I antara lain:
a. Para
khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sementara para
mentri,gubernur,panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan
Mawali turunan Persia.
b. Kota Baghdad
sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial,
dan kebudayaan dijadikan kota pintu terbuka, sehingga segala bangsa yang
menganut berbagai agama bisa bermukim diwilayah tersebut.
c. Ilmu
pengetahuan di pandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para
khalifah dan pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d. Kebebasan
berfikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.
e. Para menteri
turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga
mereka memiliki peranan yang penting dalam membina peradaban Islam.[5]
Sedangkan sistem politik yang dijalankan oleh Dinasti
Abbasiyah II, III dan IV antara lain:
a. Kekuasaan
kekhalifahan sudah lemah bahkan kadang-kadang hanya sebagai lambang saja.
b. Kota Baghdad
bukan satu-satunya kota internasional dan terbesar, karena masing-masing
kerajaan berlomba-lomba untuk mendirikan kota yang menyaingi Baghdad.
c. Kalau
keadaan politik dan militer merosot, ilmu pengetahuan tambah maju dengan
pesatnya. Hal ini disebabkan karena masing-masing kerajaan berlomba-lomba untuk
memajukan ilmu pengetahuan, mendirikan perpustakaan, mengumpulkan para ilmuan,
para pengarang, para penerjemah dan memberikan kedudukan terhormat kepada ulama
dan pujangga.[6]
2.
Perkembangan Ilmu
a. Perkembangan
ilmu naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli
(Al-quran dan hadits) yaitu berhubungan dengan Islam. Yang termasuk ke dalam
ilmu naqli adalah:
1) Ilmu tafsir
2) Ilmu hadits
3) Ilmu kalam
4) Ilmu tasawuf
5) Ilmu bahasa
6) Ilmu fiqh
b. Perkembangan
ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran
(rasio). Yang termasuk ke dalam ilmu aqli adalah:[7]
1) Ilmu
kedokteran
2) Ilmu
filsafat
3) Ilmu optik
4) Ilmu
astronomi
5) Ilmu hitung
6) Ilmu kimia.
3.
Sistem Sosial
Sistem sosial pada Dinasti Abbasiyah merupakan
sambungan dari dinasti sebelumnya yaitu dinasti Umayyah. Pada masa dinasti
Abbasiyah ini terjadi perubahan yang sangat signifikan di antaranya adalah:[8]
a. Tampilnya
kelompok Mawali khususnya pada pemerintahan Irak, yang menduduki peran dan
posisi penting di pemerintahan.
b. Masyarakat
terbagi dua kelompok, yaitu:Kelompok khususKelompok umum
c. Kerajaan
Islam dinasti Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa yang berbeda-beda.
d. Perkawinan
campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.
e. Terjadinya pertukaran
pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul kebudayaan baru.
f. Perbudakan.
D.
Kemunduran
dinasti abbasiyah
Adapun
penyebab kemunduran Dinasti Bani Abbasiyah adalah wilayah kekuasaan yang sempit
yang menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan
Tartar menyerang Baghdad, Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa
perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol
inilah awal babak baru dalam sejaran Islam yang disebut masa pertengahan.
Sebagai mana terlihat dalam periodisasi khalifah Abbasiyah masa kemunduran
dimulai sejak periode kedua.[9]
Beberapa faktor kemunduran Dinasti
Abbasiyah antara lain:
1.
Persaingan Antar bangsa
Menurut Stryzewska, ada dua sebab dinasti Abbasiyah
memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.Pertama, sulit
bagi orang –orang Arab melupakan Bani Umayyah karena pada masa itu mereka
merupakan warga kelas satu. Kedua, orang Arab sendiri terpecah
belah dengan adanya kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan
di atas kesukuan tradisonal.
2.
Kemerosotan Ekonomi
Dinasti Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang
ekonomi persamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama
pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Setelah
memasuki periode kemunduran pendapatan negara menurun, sementara pengeluaran
meningkat. Penurunan ini disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan,
banyak terjadinya kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya
pajak, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak
membayar upeti.sedangkan pengeluaran membengkak disebabkan karena kehidupan
para khalifah dan pejabat semakin mewah karena pejabat melakukan korupsi.
3.
Konflik Keagamaan
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas
pada konflik antara muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syiah saja tetapi
juga antar aliran dalam Islam.
4.
Ancaman dari Luar
a. Perang salib
yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b. Serangan
tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dinasti
Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Dinasti Umayyah. Nama dinasti Abbasiyah
diambil dari salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Al-Abbas
Ibn Abd Al-Muthalib Ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak daripada
Bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, karena mereka adalah cabang dari Bani
Hasyim yang secara nasab keturunan yang lebih dekat dengan Nabi. Kekuasaan
Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang , yaitu
dari tahun 132 H/750 M sampai 656 H/1258 M.
Pada masa
Dinasti Abasiyah berkali-kali terjadi perubahan corak kebudayaan Islam sesuai
dengan terjadinya perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial:
1.
Masa Abasiyah I; semenjak lahirnya
Dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah Al-Wasiq tahun
232 H/847 M.
2.
Masa Abasiyah II; tahun 232 -334
H/847-946 M, mulai khalifah Al-Mutawakkil sampai berdirinya dinasti Buwaihi di
Baghdad.
3.
Masa Abasiyah III; tahun 334-447
H/946-1055 M dari berdirinya Banni Buwaihi sampai masuknya kaum Saljuk ke
Baghdad.
4.
Masa Abasiyah IV; tahun 447-656
H/1055-1258 M dari masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad sampai jatuhnya
Baghdad ke tangan bangsa Tartar di baeah pimpinan Hulagu
Kehancuran
kota bagdad merupakan awal dari kehancuran dinasti Abbasiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2007)
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,
2007)
Musyarifah Susanto, Sejarah Islam Klasik (Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam), (Jakarta: Kencana, 2003)
Alaidin Koto, et.
all, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008)
[1] Abdul Karim, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007), hal. 143
[3] Musyarifah
Susanto, Sejarah Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam), (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 50.
[4] Alaidin Koto, et.
all, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hal. 94-114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar