Habibul
Mubarak
Perencanaan
pembelajaran aqidah akhlak
Aqidah adalah sebuat
ikatan kepercayaan yang tertaman di dalam diri seseorang. Dalam membangun
kepercayaan tentunya didasari dengan keimanan. Sedangkan Akhlak adalah perilaku
yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah
maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd
SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia
harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Rasulullah saww bersabda:
بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut.
dalam melaksanakan pembelajaran aqidah akhlak tentunya di mulai denganperencanaan-perencanaan yang matang dan terinci agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam sanubarinya.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Rasulullah saww bersabda:
بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ
(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak mencerminkan sisi perilaku tersebut.
dalam melaksanakan pembelajaran aqidah akhlak tentunya di mulai denganperencanaan-perencanaan yang matang dan terinci agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.
Mengingat bahwa
pelajaran aqidah akhlak merupakan aspek penting dalam modal kehidupan maka
dalam pembelajarannya patut mendapatkan perhatian khusus, tujuan dari
perencanaan pembelajaran aqidah akhlak adalah berorientasi kepada penerapan,
pengetahuan, serta pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari.
Media
pembelajaran aqidah akhlak
Dalam mempelajari
aqidah akhlak tentunya bergantung kepada media sebagai pengantar dalam
memberikan pemahaman tentang aqidah akhlak. Pengertian media secara umum dapat
dikatakan bahwa substansi dari media pembelajaran adalah bentuk saluran, yang
digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada
penerima pesan atau pembelajar dapat pula dikatakan bahwa media pembelajaran adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan dalam lingkungan pembelajar yang dapat
merangsang pembelajar untuk belajar.
Melihat dari definisi
media di atas dapat kita simpulkan bahwa media berperan dalam pembelajaran
aqidah akhlak.
Evaluasi
pembelajaran aqidah akhlak
Evaluasi merupakan
salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau
produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus evaluasi
adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas.
Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan
apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan
suatu program.
Evaluasi menurut
Griffin & Nix (1991) adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari
hasil pengukuran. Menurut definisi ini selalu didahului dengan kegiatan pengukuran
dan penilaian. Menurut Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh
mana tujuan pendidikan telah tercapai. Masih banyak lagi definisi tentang
evaluasi, namun semuanya selalu memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu
informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.
Evaluasi secara singkat
juga dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui
pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat
mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk
belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan guru
untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Informasi yang digunakan
untuk mengevaluasi program pembelajaran harus memiliki kesalahan sekecil
mungkin. Evaluasi pada dasarnya adalah melakukan judgment terhadap hasil
penilaian, maka kesalahan pada penilaian dan pengukuran harus sekecil mungkin.
Stark dan Thomas (1994)
menyatakan bahwa evaluasi yang hanya melihat kesesuaian antara unjuk kerja dan
tujuan telah dikritik karena menyempitkan fokus dalam banyak situasi
pendidikan. Hasil yang diperoleh dari suatu program pembelajaran bisa banyak
dan multi dimensi. Ada yang terkait dengan tujuan ada yang tidak. Yang tidak
terkait dengan tujuan bisa bersifat positif dan bisa negatif. Oleh karena itu,
pendekatan goal free dalam melakukan evaluasi layak untuk digunakan. Walaupun
tujuan suatu program adalah untuk meningkatkan prestasi belajar, namun bisa
diperoleh hasil lain yang berupa rasa percaya diri, kreatifitas, kemandirian,
dan lain-lain.
Melihat dari pengertian
diatas dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari evaluasi adalah meningkatkan
kualitas dan prestasi dari hal-hal yang telah di lakukan. Oleh karena itu
evaluasi pembelajaran aqidh akhlak adalah menindak lanjuti sejauh mana aqidah
kita serta jika masih terdapat kekurangan maka dengan evaluasi kita bias
meningkatkan serta memperbaiki kekurngan kita sehingga menjadi kelebihan yang
mengarah kepada kesempurnaan.
Daftar pustaka:
Anwar. (2004).
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: Alfabeta.
Firdaus M Yunus.
(2004). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-Y.B
Mangunwijaya.
Yogyakarta: Logung Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar